Senin, 17 Mei 2010

TENTANG SEBUAH CITA-CITA

Dulu kala ku masih SMA, cita-citaku bukanlah menjadi seorang dokter, polisi, tentara, atau guru seperti pada umumnya teman-temanku, cita-citaku sangat berbeda dari mereka. Teman-teman dan guru-guruku pernah bertanya tentang cita-citaku, apa yang menjadi cita-citaku, karena mereka melihat aku begitu tekun belajar, dan sebagian waktu kuhabiskan diperpustakaan, adalah untuk membaca dan mencari buku untuk dibedah dan diambil sari didiknya.

Tentang cita-cita, aku tidak berlebihan seperti mereka, namun aku percaya cita-citaku besar. Mungkin sahabat bertanya, apa cita-cita itu? Aku memiliki impian yang besar yaitu menjadi penulis besar dan terkenal, mampu menulis cerita fiktif, realisme romantisme, cerita pendek, bahkan tulisan atau artikel ilmiah. Aku ingin sesuatu yang bermanfaat itu terbagi melalui sebuah tulisan.

Bagi saya, penulis adalah raja dalam pikirannya, mampu menguasai jutaan manusia dengan ide dan doktrin yang dituangkan melalui tulisan. Menulis ibarat menguasai dunia, dimana penghuninya seakan dalam genggaman kita, menulis adalah penyampai ide yang jelas tanpa harus takut dibantah, disanggah bahkan diintimidasi.

Menulis juga merupakan kekayaan hakiki manusia yang selayaknya digali dan dikembangkan, dan berhak mendapat penghargaan mutlak atas sebuah karya. Ok, sejenak tinggalkan dulu hakikat sebuah tulisan, dan kembali pada cita-cita.

Teman-teman sekelasku dulu menertawakanku, bagi mereka apa artinya seorang penulis, hanya menghabiskan waktu dan energi untuk merangkai kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragrah menjadi lembar bacaan. Bagi teman-teman sekelas dulu, menjadi penulis hanyalah penjual pikiran yang sebenarnya membuang-buang waktu saja.

Tetapi aku berbeda pemahaman, cita-citaku adalah impianku, dan aku harus menjaganya, aku berfikir menjadi seorang penulis itu adalah panggilan nurani, serta jujur dalam penyampaian, dan mampu mengendalikan dunia. Penulis adalah raja dalam pikirannya, raja bagi pemikiran orang lain. Mengapa aku harus katakan raja? Ya, karena dengan menulis mampu membangun bahkan merobohkan sebuah tembok keotoriteran sebuah kekuasaan. Juga mampu menanamkan nilai-nilai dan ide yang abadi, karena semua tertuang dalam sebuah tulisan yang dapat dibaca sepanjang masa oleh generasi manapun.

Tentang cita-cita ini, dulu sempat terhenti,  aktifitasku sebagai karyawan disebuah layanan umum, membuat saya hampir tidak punya waktu untuk merumuskan ide dalam tulisan, ya meski aku tak sempat menerbitkan sebuah buku tetapi aku mampu menguasai jutaan orang melalui berbagai tulisan saya, entah itu diblogger, dimedia terbuka, atau disebuah forum besar.

Tidak ada komentar: